UPAYA PENANGGULANGAN SAMPAH DI KOTA BESAR
( Studi Korelasi Usaha Daur Ulang Sampah Kota Terpadu di Pedongkelan-Jakarta Utara)
( Studi Korelasi Usaha Daur Ulang Sampah Kota Terpadu di Pedongkelan-Jakarta Utara)
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tahun 2001 yang lalu, masyarakat Jakarta heboh sekaligus panik. Pasalnya masyarakat di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Bantar Gebang memboikot truk-truk pengangkut sampah yang berisi sampah dari warga masyarakat Jakarta untuk tidak masuk ke TPA tersebut. Alasan yang dikemukakan adalah masyarakat sudah tidak tahan akan berbagai dampak negative akibat adanya TPA. Mulai dari masalah bau tak sedap yang dapat tercium sampai beberapa kilometer, pencemaran sumber air yang mengakibatkan warga tidak lagi dapat menggunakan air tanah untuk konsumsi rumah tangga, hingga masalah pencemaran tanah.
Masalah pencemaran lingkungan yang dialami masyarakat sekitar TPA adalah pencemaran air tanah oleh bakteri dan logam berat, pencemaran air tanah oleh bakteri dan logam berat, pencemaran udara oleh pembakaran sampah dan bau busuk yang berdampak pada gangguan kesehan. Mulai dari saluran pernapasan akut, diare, penyakit kulit sampai TBC.
Akibatnya, masyarakat meminta TPA ditutup. Padahal TPA Bantar Gebang adalah TPA bagi sampah sebagian besar masyarakat Jakarta dan Bekasi. Permintaan warga ini ditindaklanjuti dengan diakhiri kontrak kerjasama Pemerintah Daerah (Pemda) Bekasi dengan Pemda Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta pada akhir tahun 2003. Namun, ini tidak menyelesaikan persoalan, hanya memindahkan masalah sampah dari Bantar Gebang ke tempat lain.
Sebagai kota metropolitan, Jakarta menyimpan banyak persoalan linkungan. Salah satunya adalah masalah sampah. Produksi sampah warga ibukota diperkirakan sebanyak 27.601 m3/hari pada tahun 1996/1997. Sampah yang terangkut ke TPA terhitung 21.993 m3/hari, berarti sekitar 5,6 ribu m3/hari tidak terangkut. Lalu pada tahun 1997/1998 ada 29.567 m3/hari yang terangkut sekitar 22.507 m3/hari. Di tahun 1999/2000 diperkirakan produksi sampah 27.660 m3/hari dan yang tertanggulangi 22.550 m3/hari. Rata-rata jumlah sampah terangkut sekitar 82 %, sisanya masih 18 % yang tidak terangkut setiap harinya. Diperkirakan bahwa lahan yang diperlukan untuk menimbun sampah selama setahun sebanyak 31,28 hektar, selain itu lahan untuk operasional selama minimum 5 tahun sebanyak 156,4 hektar. Lalu darimana lahannya, sedangkan pemukiman semakin padat?.
Masalah sampah yang sudah menghantui secara nasional dan krisisnya sudah mengancam kehidupan manusia serta telah menimbulkan banyak masalah baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan lingkungan hidup, harus segera dipecahkan. Secara umum masyarakat memandang bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak berguna dan harus dibuang. Padahal sampah tidak boleh dibuang begitu saja, namun harus dikelola agar tidak mencemari lingkungan dan menurunkan derajat kesehatan manusia.
Konsep penanganan sampah di Indonesia yang berlaku saat ini adalah baru pada tahap pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir (3P). Konsep ini terbukti tidak efektif dan hanya memindahkan sampah dari satu tempat ketempat lain dan bukan menghilangkan sampah. Suatu konsep lain yang kini populer meskipun bukan satu-satunya solusi akan suatu system pengelolaan sampah adalah konsep “ Reduce, Reuse, and Recycle” (3R) atau biasa disebut dengan 3M (mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang).
Melalui konsep 3R ini, jasa yang ditawarkan bukan hanya jasa pengangkutan sampah tetapi termasuk juga jasa pengelolaan sampah menjadi bahan yang tidak berbahaya lagi bagi lingkungan dan manusia. Selanjutnya, besarnya upaya pemerintah dan pihak pengelola juga menentukan keberhasilan berjalannya system ini. Jika berjalan dengan baik, pihak pemerintah, pengelola dan masyarakat akan merasakan dampak positifnya.
Masalah pencemaran lingkungan yang dialami masyarakat sekitar TPA adalah pencemaran air tanah oleh bakteri dan logam berat, pencemaran air tanah oleh bakteri dan logam berat, pencemaran udara oleh pembakaran sampah dan bau busuk yang berdampak pada gangguan kesehan. Mulai dari saluran pernapasan akut, diare, penyakit kulit sampai TBC.
Akibatnya, masyarakat meminta TPA ditutup. Padahal TPA Bantar Gebang adalah TPA bagi sampah sebagian besar masyarakat Jakarta dan Bekasi. Permintaan warga ini ditindaklanjuti dengan diakhiri kontrak kerjasama Pemerintah Daerah (Pemda) Bekasi dengan Pemda Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta pada akhir tahun 2003. Namun, ini tidak menyelesaikan persoalan, hanya memindahkan masalah sampah dari Bantar Gebang ke tempat lain.
Sebagai kota metropolitan, Jakarta menyimpan banyak persoalan linkungan. Salah satunya adalah masalah sampah. Produksi sampah warga ibukota diperkirakan sebanyak 27.601 m3/hari pada tahun 1996/1997. Sampah yang terangkut ke TPA terhitung 21.993 m3/hari, berarti sekitar 5,6 ribu m3/hari tidak terangkut. Lalu pada tahun 1997/1998 ada 29.567 m3/hari yang terangkut sekitar 22.507 m3/hari. Di tahun 1999/2000 diperkirakan produksi sampah 27.660 m3/hari dan yang tertanggulangi 22.550 m3/hari. Rata-rata jumlah sampah terangkut sekitar 82 %, sisanya masih 18 % yang tidak terangkut setiap harinya. Diperkirakan bahwa lahan yang diperlukan untuk menimbun sampah selama setahun sebanyak 31,28 hektar, selain itu lahan untuk operasional selama minimum 5 tahun sebanyak 156,4 hektar. Lalu darimana lahannya, sedangkan pemukiman semakin padat?.
Masalah sampah yang sudah menghantui secara nasional dan krisisnya sudah mengancam kehidupan manusia serta telah menimbulkan banyak masalah baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan lingkungan hidup, harus segera dipecahkan. Secara umum masyarakat memandang bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak berguna dan harus dibuang. Padahal sampah tidak boleh dibuang begitu saja, namun harus dikelola agar tidak mencemari lingkungan dan menurunkan derajat kesehatan manusia.
Konsep penanganan sampah di Indonesia yang berlaku saat ini adalah baru pada tahap pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir (3P). Konsep ini terbukti tidak efektif dan hanya memindahkan sampah dari satu tempat ketempat lain dan bukan menghilangkan sampah. Suatu konsep lain yang kini populer meskipun bukan satu-satunya solusi akan suatu system pengelolaan sampah adalah konsep “ Reduce, Reuse, and Recycle” (3R) atau biasa disebut dengan 3M (mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang).
Melalui konsep 3R ini, jasa yang ditawarkan bukan hanya jasa pengangkutan sampah tetapi termasuk juga jasa pengelolaan sampah menjadi bahan yang tidak berbahaya lagi bagi lingkungan dan manusia. Selanjutnya, besarnya upaya pemerintah dan pihak pengelola juga menentukan keberhasilan berjalannya system ini. Jika berjalan dengan baik, pihak pemerintah, pengelola dan masyarakat akan merasakan dampak positifnya.
1.2 Rumusan Masalah
Secara teoritis konsep 3R merupakan konsep yang dapat menyelesaikan persoalan penumpukan sampah dan dapat mengurangi beban lingkungan. Maka dari itu Usaha Daur Ulang Sampah Kota Terpadu (UDULSKT) pada kelurahan Jagakarsa mengelola sampah yang masuk ke lokasi dengan konsep 3R. Memanfaatkan sampah secara langsung yaitu dengan memilah dan menjual hasil pilahan sampah, sedangkan sebagian lagi (sampah organic) diubah menjadi kompos, sehingga sampah tereduksi dan menjadi tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
1.2 Tujuan Penelitian
1. Bagaimana karakteristik pengelolaan sampah di UDULSKT?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi?
1.2 Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis : Hasil penelitian ini bisa dijadikan alternative solusi atas permasalahan yang ada, sebagai bahan pertimbangan bagi kelanjutan usah ini ditahun mendatang.
2. Manfaat akademis : Memberikan gambaran penerapan konsep 3R pada UDULSKT.
1.2 Sistimatika Penulisan
Didalam penelitian ini terdiri dari 3 BAB yaitu :
BAB I Pendahuluan
BAB II Kerangka teori
Berisi landasan teori yang terdiri dari tinjauan pustaka serta hipotesa dari penulisan
Berisi landasan teori yang terdiri dari tinjauan pustaka serta hipotesa dari penulisan
BAB III Metodologi
Berisi tentang metode penelitian yang dipakai, dan teknis analisis yang digunakan.
Berisi tentang metode penelitian yang dipakai, dan teknis analisis yang digunakan.
BAB II
KERANGKA TEORI
KERANGKA TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Sampah
2.1.1 Pengertian Sampah
Sampah menurut Kamus istilah Lingkungan adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian, barang rusak atau cacat dalam pembuatan (manufaktur) atau materi berlabihan atau ditolak atau buangan.
Klasifikasi sampah secara umum dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu :
1. Sampah domestik, yaitu limbah padat berasal dari pemukiman masyarakat. Jenis limbah ini cukup beragam, akan tetapi umumnya berupa sampah dapur, kaleng, atau kertas pembungkus, kulit buah-buahan dan sejenisnya. Jenis limbah ini berasal dari pemukiman kota.
2. Sampah komersial, yaitu limbah yang berasal dari lingkungan perdagangan seperti warung, toko-toko, ataupun pasar. Limbah ini sesuai dengan jenis barang yang diperdagangkan.
3. Sampah industri, yaitu limbah yang berasal dari buangan hasil proses industri. Limbah ini untuk jenis industri tertentu akan relatif sama akan tetapi untuk jenis yang berbeda akan membuang limbah yang berbeda juga. Jadi jenis, jumlah, dan kompsisi limbah tergantung pada jenis industrinya.
4. Limbah yang berasal selain dari yang disebutkan di atas, misalnya limbah hasil bencana alam, limbah dari pepohonan, dan sebagainya.
Klasifikasi sampah secara umum dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu :
1. Sampah domestik, yaitu limbah padat berasal dari pemukiman masyarakat. Jenis limbah ini cukup beragam, akan tetapi umumnya berupa sampah dapur, kaleng, atau kertas pembungkus, kulit buah-buahan dan sejenisnya. Jenis limbah ini berasal dari pemukiman kota.
2. Sampah komersial, yaitu limbah yang berasal dari lingkungan perdagangan seperti warung, toko-toko, ataupun pasar. Limbah ini sesuai dengan jenis barang yang diperdagangkan.
3. Sampah industri, yaitu limbah yang berasal dari buangan hasil proses industri. Limbah ini untuk jenis industri tertentu akan relatif sama akan tetapi untuk jenis yang berbeda akan membuang limbah yang berbeda juga. Jadi jenis, jumlah, dan kompsisi limbah tergantung pada jenis industrinya.
4. Limbah yang berasal selain dari yang disebutkan di atas, misalnya limbah hasil bencana alam, limbah dari pepohonan, dan sebagainya.
2.1.2 Penanganan sampah
Untuk memperbaiki masalah pembuangan sampah adalah mengurangi volume sampah adalah mengurangi volume sampah dan mengeliminasi dampak racun dari sampah. Cara tersebut dapat dilakukan dengan cara :
Pengurangan limbah, pola ini cenderung banyak menggunakan bahan anorganik yang tidak bersahabat dengan alam. Bahan-bahan anorganik tidak bisa terurai secara alamiah bahkan akan meracuni alam. Perubahan pola penggunaan bahan-bahan yang akrab lingkungan akan mengurangi beban lingkungan dalam menguraikan sampah.
Mengkomposkan, menggunkan kembali dan mendaur ulang (Reduce, Reuse, Recycle). Barang-barang yang sudah terbuang masih dapat digunakan kembali, baik langsung maupun dengan diproses lebih lanjut (disaur ulang). Kegiatan ini akan menambah peluang usaha baru, tergantung dari kreatifitas kita. Sehingga, disamping masalah sampah dapat teratasi dengan baik, kesejahteraan masyarakat juga bisa semakin ditingkatkan.
Incenerator, teknologi pembakaran sampah dalam skala besar dengan menggunakan instalasi pembakaran yang disebut juga incinerator.
Sanitary landfill, sisrem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup.
Pengurangan limbah, pola ini cenderung banyak menggunakan bahan anorganik yang tidak bersahabat dengan alam. Bahan-bahan anorganik tidak bisa terurai secara alamiah bahkan akan meracuni alam. Perubahan pola penggunaan bahan-bahan yang akrab lingkungan akan mengurangi beban lingkungan dalam menguraikan sampah.
Mengkomposkan, menggunkan kembali dan mendaur ulang (Reduce, Reuse, Recycle). Barang-barang yang sudah terbuang masih dapat digunakan kembali, baik langsung maupun dengan diproses lebih lanjut (disaur ulang). Kegiatan ini akan menambah peluang usaha baru, tergantung dari kreatifitas kita. Sehingga, disamping masalah sampah dapat teratasi dengan baik, kesejahteraan masyarakat juga bisa semakin ditingkatkan.
Incenerator, teknologi pembakaran sampah dalam skala besar dengan menggunakan instalasi pembakaran yang disebut juga incinerator.
Sanitary landfill, sisrem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup.
2.1.2.1 Penanganan Sampah di Jakarta
Kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan adalah :
1. Pengumpulan sampah masyarakat secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung yaitu pengangkutan dilaksanakan secara door to door oleh truk Dinas Kebersihan dan langsung di buang ke TPA. Lalu dengan tidak langsung yaitu masyarakat telah melakukan pengumpulan sampah secara swadaya ke Lokasi Penampungan Sementara (LPS) baru kemudian diangkut oleh Dinas Kebersihan ke TPA.
2. Pelayanan yang dilaksanakan pada lokasi yang menyangkut kepentingan umum, baik berupa penyapuan maupun pengangkutan.
3. Pengepakan sampah, agar sampah dapat terangkut lebih banyak untuk di buang ke TPA.
4. Pemusnahan sampah dilakukan dengan incinerator.
5. Pemusnahan sampah di TPA Bantar Gebang dengan cara sanitary landfill.
1. Pengumpulan sampah masyarakat secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung yaitu pengangkutan dilaksanakan secara door to door oleh truk Dinas Kebersihan dan langsung di buang ke TPA. Lalu dengan tidak langsung yaitu masyarakat telah melakukan pengumpulan sampah secara swadaya ke Lokasi Penampungan Sementara (LPS) baru kemudian diangkut oleh Dinas Kebersihan ke TPA.
2. Pelayanan yang dilaksanakan pada lokasi yang menyangkut kepentingan umum, baik berupa penyapuan maupun pengangkutan.
3. Pengepakan sampah, agar sampah dapat terangkut lebih banyak untuk di buang ke TPA.
4. Pemusnahan sampah dilakukan dengan incinerator.
5. Pemusnahan sampah di TPA Bantar Gebang dengan cara sanitary landfill.
2.1.2.2 Definisi Operasional
Definisi operasional yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Timbulan sampah adalah istilah dalam teknik penyehatan lingkungan untuk produksi sampah.
- Bioaktivator adalah senyawa mikroba yang digunakan untuk menguraikan bahan organic pada pengolahan limbah padat untuk mempeercepat proses dekomposisi bahan organik.
- Anggota rumah tangga adalah semua orang yang bertempat tinggal di suatu rumah tangga. Baik yang bersifat tetap maupun yang sementara.
2.1.2.3 Konsep Operasional
· Semakin banyak anggota rumah tangga, konsumsi semakin banyak sehingga sampah yang dihasilkan semakin banyak.
BAB III
METODOLOGI
METODOLOGI
3.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus yang berlokasi di Pedongkelan-Jakarta Utara khususnya di daerah Jalan Perintis Kemerdekaan. Didaerah ini terdapat suatu usaha pengelolaan limbah yang bernama Usaha Daur Ulang Limbah Sampah Kota Terpadu (UDULSKT).
Awal mula usaha dimulai dengan menyediakan lahan seluas 1000 m2 sebagai tempat pembuangan sampah yang tidak diolah sama sekali. Dengan masih menggunakan metode konvensional yaitu 3P (pengangkutan, pengumpulan, pembuangan), pada tahun 2003 setelah sebelumnya Bapak Taufik (pemilik lahan) mendapat pelatihan mengenai pembuatan kompos, dibangunlah sistem pengelolaan sampah percontohan yang mendapat dana bantuan dari dinas kebersihan. Unit percontohan ini diberi nama Usaha Daur Ulang dan Produksi Kompos (UDPK). Pemberian nama Usaha Daur Ulang Limbah Sampah Kota Terpadu saat ini tidak merubah kegiatan pengelolaan sampah, hanya dari segi teknologi dan manajemen sudah lebih baik dari sebelumnya.
Awal mula usaha dimulai dengan menyediakan lahan seluas 1000 m2 sebagai tempat pembuangan sampah yang tidak diolah sama sekali. Dengan masih menggunakan metode konvensional yaitu 3P (pengangkutan, pengumpulan, pembuangan), pada tahun 2003 setelah sebelumnya Bapak Taufik (pemilik lahan) mendapat pelatihan mengenai pembuatan kompos, dibangunlah sistem pengelolaan sampah percontohan yang mendapat dana bantuan dari dinas kebersihan. Unit percontohan ini diberi nama Usaha Daur Ulang dan Produksi Kompos (UDPK). Pemberian nama Usaha Daur Ulang Limbah Sampah Kota Terpadu saat ini tidak merubah kegiatan pengelolaan sampah, hanya dari segi teknologi dan manajemen sudah lebih baik dari sebelumnya.
3.1 Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini populasi yang diamati terbagi dua yaitu :
1. Para pengangkut sampah yang membuang sampah ke UDULSKT.
2. Rumah tangga yang menggunakan jasa UDULSKT atau rumah tangga yang membuang sampahnya ke UDULSKT.
1. Para pengangkut sampah yang membuang sampah ke UDULSKT.
2. Rumah tangga yang menggunakan jasa UDULSKT atau rumah tangga yang membuang sampahnya ke UDULSKT.
3.1 Teknik Penarikan Sampel
Metode penarikan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling yaitu metode pengambilan sample secara acak dan sitematik.
3.1 Metode Analisis Data
3.4.1 Analisis Deskriptif
Analisa deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik UDULSKT. Yang digunakan adalah ukuran statistik seperti persentase, rata-rata, dan sebagainya untuk memberikan gambaran umum tentang suatu bahasan.
DAFTAR PUSTAKA
BPPT. (1999). Tiga Pilar Pengembangan Wilayah : Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia, Teknologi. Jakarta: Direktorat Kebijaksanaan Teknologi untuk Pengembangan Wilayah.
BPS. (2000). Statistik Lingkungan 2000. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Frank Kreith, P.E. (1994). Hand Book of Solid Waste Management . McGraww Hill Inc
Pedongkelan. (2008). Pengelolaan Limbah Padat Organik Perkotaan Terpadu. Tidak dierbitkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar